BAB 11
MEDIA DAN BUDAYA (Cultural Studies)
Studi
kultural atau cultural studies
merupakan kelompok pemikiran yang memberikan perhatian pada cara-cara bagaimana
budaya dihasilkan melalui perjuangan di antara berbagai ideologi.
11. 1
IDEOLOGI BUDAYA
Para
sarjana studi kultural memandang budaya sebagai komunitas makana. Menurut
Graham Murdock (1989), setiap kelompok masyarakat secara terus-menerus terlibat
dalam penciptaan sistem makana dan mewujudkan makana tersebut dalam
bentuk-bentuk yang ekspesif, dalam bentuk kegiaatan sosial dan dalam bentuk
lembaga-lembaga.
Berbagai
norma, ide, nilai, dan bentuk-bentuk pemahaman dalam masyarakat yang membantu
mereka menginterpretasikan realitas merupakan bagian dari ideologi suatu budaya
(culture’s ideology).
11. 2
HEGEMONI: PENGARUH ATAS MASSA
“Hegemoni”
merupakan salah satu kondep penting dalam teori studi kultural, dan sebagaian
besar teori ini bersandar pada pemahaman kita terhadap istilah “hegemoni” ini.
Hegemoni dapat didefinisikan sebagai pengaruh, kekuasaan, atau dominasi
kelompok sosial tertentu atas kelompok sosial laiinya yang biasanya lebih
lemah. Gagasan mengenai hegemoni dapat ditelusuri balik hingga ke pandangan
Antonio Gramsci salah satu seorang pendiri partai komunis Italia yang kemudian
dipenjara oleh penguasa yang beraliran fasis.
Namun demikian
hegmoni merupakan proses yang bersifat cair dan Hall menyebut hegemoni bersifat
temporer dengan ciri adanya “petunjukan pertarungan” (theatre of struggle) yang berati berbagai ideologi yang ada pada
masyarakat bersifata kontradiktif, saling bersaing dan selalu dalam konflik.
Dalam budaya yang bersifat hegemoni akan terdapat kelompok-kelompok yang
menerima keuntungan sedangkan kelompok lainnya akan dirugikan. Masyarakat
hegemoni akan lebih mudah dipengaruhi melalu persetujuan yang mereka berikan daripada
keterpksaan melalu kekerasan (Real,1996). Mereka juga akan lebih mendukung
ideologi budaya yang dominan.
11.3
Hegemoni Tandingan
Walaupun
masyarakat sering kali mudah dipengaruhi oleh berbagai ideologi dominan yang
kuat dan berpengaruh, namun adakalanya orang berupaya menunjukkan ideologi
mereka sendiri yang bertentangan hehemoni dominan yang mengakibatkan munculnya
apa yang disebut Gramsci sebagai “Hegemoni tandingan” (counter hegemony). Dengan kata lain, khalayak masyarakat tidak
selamanya mau menerimah dan mempercayai apa saja yang disampaikan ideologi
dominan.
11.4
TINDAKAN
Definisi
kedua mengenai budaya adalah praktik atau pembuatan yaitu keseluruhan cara
hidup suatu kelompok yakni apa yang dilakukan individu secara nyata setiap
harinya. Apa yang dilakukan individu dan kelompok setiap harinya secara
terus-menerus akan berperan dalam merevisi dan mengubah ideologi.
Menurut
Paul duGay, Struart Hall, dan berapa rekannya (1997) berbagai kegiatan atau
perilaku tersebut membantu kita memahami produksi dan penyebaran (diseminasi)
makna dalam suatu budaya. Pada saat yang sama, makna suatu budaya tercermin
melalui berbagai tindakan adan perilaku tersebut.
Dengan
demikian, budaya tidak dapat dipisahkan dengan makna yang hidup dalam
masayarakat, dan inilah yang menjadi tujuan penting studi kultural yaitu
mengungkapkan makna yang dimiliki suatu budaya atau”makna kultural” (cultural
meanng) yang dianut suatu masyarakat.
11.5
STRUKTUR KEKUASAN
Asumsi
kedua teori studi kultural menyatakan bahwa manusia merupakan bagian penting
dari suatu hirarki sosial yang berkuasa. Setiap orang menjadi bagaian dari
hierarki struktur kekuasaan. Kekuasaan bekerja pada semua level kemanuasiaan
(Grossberg, 1989) dan sekaligus membatasi keunikan identitas manuasi (Weedob,
2004). Dalam hal ini, Hall tertarik pada kekuasaan yang memiliki berbagai
kelompok sosial dalam masyarakat. Menurut Hall (1989), makna (meaning) yang dipahami masyarakat dan
kekuasaan (power) yang ada pada
masyarakat saling berhubungan.
Media
adalah salah satu bagian dari masyarakat yang berada dari puncak hierarki
kekuasaan, sedangkan kelompok-kelompok yang berada dibawah hierarki kekuasaan
tidak memiliki kekuatan untuk menentukan makna. Apa makna dari
misalnya”suksese” dan “cantik” semuanya ditentukan oleh media dan masyarakat
yang mengikutinya.
11.6
DEKODING
Hegemoni
dan hegemoni tandingan tidak akan ada tanpa adanya kemampuan khlayak untuk
menerima pesan dan membnadingkan pesan tersebut dengan makna yang sebelumnya
telah disimpan didalam ingatan mereka. Proses ini disebut dengan dekoding,
ketika kita menerima pesan drai pihak lain maka kita melakukan dekoding
terhadap pesn itu berdasarkan persepsi, pemikiran, dan pengalaman masa lalau.
Pada
saat bersaman, audiensi akan menggunakan berbagai kategori yang memiliki untuk
melakukan dekoding terhadap pesa, dan mereka sering kali menginterpretasikan
pesan media melalui cara-cara yang tidak dikehendaki oleh sumber pesan sehingga
menimbulkan makna yang berbeda. Sebagai akibat munculnya mkna yang berbeda ini,
ideologi yang berlawanan akan muncul dimasyarakat.
Menurut
Hall, khalayak melakukan dekoding terhadap pesan media melalui tiga kemungkinan
posisi yaitu: 1) posisi hegemoni dominan; 2) negosiasi; dan 3) oposisi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar